Rabu, 30 November 2011

inni uhibbuki fillah, ukhti!

“Sesungguhnya di kalangan hamba-hamba Allah itu ada satu golongan, mereka bukan dari golongan para nabi ataupun syuhada’, tetapi para nabi dan syuhada’ mencemburui mereka, tempat mereka di sisi Allah s.w.t. Kata para sahabat, kabarkan kepada kami siapa mereka? Rasulullah S.A.W bersabda: ”Mereka adalah satu kaum yang saling cinta-mencintai karena Allah, bukan ada hubungan saudara-mara di kalangan mereka dan juga bukan karena kepentingan. Demi Allah, di wajah mereka ada cahaya dan mereka di atas cahaya. Ketika manusia takut, mereka tidak takut. Ketika manusia bersedih,mereka tidak bersedih. Dan mereka berkata, sesungguhnya wali-wali Allah tidak takut dan tidak sedih.” ♥
masih teringat disaat kita masih bersama-sama memulai jalan dakwah itu, ukhty..
dibawah atap masjid Al-Muhajirin itu kita mengucapkan janji suci kita, komitmen kita pada Allah agar Allah menguatkan kaki-kaki kita untuk menapaki jalan yang sangat tajam ini.
ukhty, tak perlu kau menanyakan seberapa besar ikatan ukhuwah yang ada diantara kita. oh tidak perlu ukhty.. karena aku pun tak tahu, cukuplah Allah yang tahu, karena sejatinya ukhuwah ini buah dari iman.. 
ukhty, ingatlah selalu,
ada atau tidaknya dirimu, bersama atau tidaknya denganmu,
dakwah ini tetap terlaksanakan, karena dakwah ini Lillah...
ukhty, aku teringat saat terakhir kita bersama duduk dalam lingkaran yang makin lama makin mengecil itu, 
teringat ketika lantunan ayat suci Al-Qur'an dibacakan dari mulutmu yang setiap hari kau basahi dengan kalimatullah..
kau ucapkan kalimat perpisahan kepada kami yang kau tinggalkan..
ah.. ukhty, kau memang super akhwat!
menerima segala Qadarullah walau tak sesuai harapanmu,
ingat ukhty, inilah jalan dakwahmu...
berjuanglah dimanapun kamu berada.
ingat ukhty, kami disini, didalam lingkaran yang kecil ini..
selalu menantimu, selalu merindukanmu, walau kamu tak tahu...
semoga Allah kembali mempertemukan kita disaat kita nanti sudah berubah menjadi wonder akhwat, insyaAllah :)
tebarkanlah kebaikan dimanapun anti berada ukhti,
inni uhibbuki fillah  :))

(ditulis ketika rasa rindu itu sangat menyeruak dalam hati, teruntuk ukhtiku Cut Septya Mauliza yang sedang menapaki jalan dakwah di kota Serambi Mekah...) 

Beginilah dakwah... (KH Rahmat Abdullah)



Memang seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu..
 Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai..
Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari..
Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.
Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.
Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.
Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.
Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.
Tidak… Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.
Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani… justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi… akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.
Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.
Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya ditinggalkan” , hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..
Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yg takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, “ya Allah, berilah dia petunjuk… sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang… “
Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta… Mengajak kita untuk terus berlari…
“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu

Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu

Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu

Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu

Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu

Kamis, 10 November 2011

Amal



Amal adalah sebuah konsekuensi yang wajar dari iman, sebagaimana bunga yang tak kuasa untuk menahan bau harumnya yang menyebar
~Sayyid Quthb

Rabu, 09 November 2011

THE (TRUE) FIRST SCIENTIST

PEMUDA ISLAM ITU CERDAS!
THE TRUE FIRST SCIENTIST
1000 YEARS OF SCIENCE
Ibn al-Haytam (1011-2011)



Pemuda islam memang cerdas! Ya, mungkin itulah yang pantas kita ucapkan untuk Ibn al-Haytam. Siapa sih Ibn al-Haytam itu? Jangan mengaku pemuda islam kalau tidak kenal para pejuang peradaban islam. Ibn al-Haytam yang bernama lengkap Abu Ali Hasan bin Al-Hasan Ibnu Al-Haytam yang merupakan seorang arab Persia yang lahir pada tahun 354H atau 965M di kota Basra (sebuah kota yang terletak di Irak) adalah seorang penemu, seorang pelopor dalam banyak bidang sains. Mulai dari bidang optik, matematika, fisika, geometri, anatomi, astronomi (ilmu falak), psikologi, teknik (engineering), dan ophthalmologi (ilmu pengobatan mata). SubhanAllah…
               



Ibnu haytam berlatar belakang pendidikan bidang teologi islam, yang fokus mempelajari nilai-nilai penting dalam peradaban islam. Karena kecintaannya dengan menuntut ilmu, Ibnu Haytam juga banyak belajar dan menyalin buku-buku yang berkaitan dengan matematika dan astronomi. Salah satu buku yang pernah ditulisnya adalah Finding the Direction of Qibla by Calculation yang membahas tentang penentuan arah kiblat sesuai perhitungan secara metematis.
                Tak kalah hebatnya, Ibnu Haytam juga sangat pintar dalam bidang optik. Ia yang pertama kali menciptakan konsep dasar cara kerja kamera lewat kamera obscuranya. Dan, berkat kecerdasan dan terikat hatinya dengan Al-Qur’an, ia terinspirasi oleh salah satu ayat dalam surat An-Nur:

“Allah  cahaya  langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca  kaca itu seakan-akan bintang  seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya,  pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur  dan tidak pula di sebelah barat , yang minyaknya  hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya , Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (An-Nur 35)



Al-Qur’an memang sebuah petunjuk bagi orang-orang yang berfikir. Ibnu Haytam mengaplikasikan surat An-Nur ayat 35 tersebut sebagai dasar konsep dari kamera obscura buatannya.




Pada abad ke-16, ia dan Kamaludin Al-Farisi membuat lubang kecil dalam sebuah kamar gelap untuk mengamati gerhana matahari. Dalam konsep kamera obscura itu, Ibnu Haytam mengungkapkan jika cahaya lurus dari sebuah lubang kecil masuk ke dalam ruangan gelap; maka bayangan tersebut akan menjadi proyeksi terbalik dari dari objek yang terdapat dimuka lubang. 
Sebagai penghormatan atas jasa Ibnu Haytam, Sabtu, 29 Oktober 2011 bertempat di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Scientia Experia bekerjasama dengan Musholla ‘Izzatul Islam FMIPA UI mempersembahkan CELEBRATING 1000 YEARS OF SCIENCE, The Year of Ibn al-Haytam (1011-2011 C.E)

Di bagian awal acara, pada pembukaan,  Muhammad Ishaq, kandidat doktor ITB (Institut Teknologi Bandung), peneliti, sekaligus dosen Fisika UNIKOM Bandung lulusan ITB, mempaparkan Napak Tilas Ibn al-Haytam dalam Menerjemahkan Sains. Pada sesi ini dijelaskan bagaimana Ibn al-Haytam menciptakan teori, bereksperimen, dan meneliti mengenai kamera obscuranya.
Acara selanjutnya dilanjutkan dengan menghadiri seorang pembicara, penulis buku “Ayat-ayat Semesta” beliau adalah ahli fisika lulusan universitas Hiroshima dan dosen ITS, Agus Purwanto. Tema pembahasannya adalah mengenai  “Sains kini dan Nanti: Peluang Besar bagi Ilmuwan Muslim Abad ini”. Beliau juga membahas mengenai kendala-kendala yang mungkin akan ditemui oleh para pejuang peradaban (scientis) abad ini.
2011 merupakan tahun yang GREAT untuk kita selangkah lebih maju! Ayo cetak goresan tinta emas kejayaan dalam peradaban islam. Ibnu Haytam bisa, kita juga bisa insyaAllah. Hamasah para pejuang peradaban! ^_^