Minggu, 25 September 2011

Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau akan menanggung perihnya kebodohan.

-Imam Syafi'i

Sabtu, 24 September 2011

KIMIA UI 2011

Jumat, 23 September 2011

MAHASISWA.. singsingkan lengan bajumu, siapkan pundakmu!

Siapakah mereka yang yang ber-almamater? Bukan pejabat, bukan pula yang berdasi apalagi pemerintah. Mereka yang selalu berteriak demi kemaslahatan rakyat. Mereka pula yang selalu siap berbaris di depan sebagai Agent of Change. Mereka yang berasal dari rakyat dan hadir untuk rakyat. Mahasiswa adalah kaum intelektual yang telah mempersiapkan diri untuk mengabdi pada rakyat dan negeri ini. Disaat para pemimpin sedang ‘asyik’ memperkaya diri, disaat kejujuran sangat langka di bumi pertiwi, siapa lagi yang akan meneriakkan hak-hak rakyat jika bukan mahasiswa sebagai insan yang siap membangun peradaban?
Mahasiswa —siswa yang besar— adalah mereka yang selalu menjunjung idealisme. Bukan sekedar janji-janji semata, namun berani mengambil satu aksi nyata. Bukan mengharap materi, gelar diri, apalagi sekedar ingin dipuji. Bukan pula untuk sekedar cari popularitas diri. Mahasiswa sebagai penetral bangsa, ditangan mereka tergenggam harapan bangsa.
Mahasiswa adalah Iron Stock. Mereka siap menjadi ‘besi’ pengganti untuk negeri ini. Intelektual, idealisme, kegigihan, serta akhlak yang mulia menjadi kekuatan utama mahasiswa dalam berkontribusi nyata demi membangun peradaban negeri bahkan dunia. pun mereka sadar bahwa menjadi mahasiswa tidak hanya mengejar kepentingan pribadi, tetapi juga untuk negeri. Cita-cita mereka adalah menumpas kedzaliman di negeri ini dan menciptakan kesejahteraan umat.
Sikap kritis mereka mampu mengguncangkan tanah air dikala para pemimpin bangsa bersikap ‘tak ambil pusing’ terhadap permasalahan rakyat. Dengan satu visi dan tekad, mahasiswa menyatukan tujuan mulia mereka untuk bersama-sama membangun peradaban negeri yang masih ‘tertidur’. Ketika para pemimpin masih saja ‘lumpuh’ dalam hingar binar kepentingan duniawi tapa memikirkan tanggung jawab mereka, mahasiswa harus berani turun ke jalan meneriakkan keadilan di negeri yang pemerintahannya sudah ‘bobrok’ ini. Turun ke jalan adalah salah satu cara mahasiswa mengemukakan pendapat dan menuntut janji-janji para pemerintah —yang ingin menguasai— negeri ini.
Tugas yang diemban mahasiswa tidaklah sedikit. Mereka belajar, berorganisasi, dan juga memikirkan nasib rakyat. Karena hakikat mereka berasal dari rakyat dan kepada siapa lagi mereka akan mengabdi jika bukan untuk rakyat dan negeri ini? Mahasiswa tidak ‘mengerdilkan’ cita-cita mereka dengan hanya bertujuan mencari kesejahteraan atas dirinya. Namun mereka mempunyai cita-cita luhur untuk kemaslahatan rakyat. Inilah tugas suci mereka, ditangan merekalah nasib bangsa akan digenggam. Dan di pundak merekalah berbagai amanah akan diemban. Mahasiswa, jadilah kaum intelektual dan bermoral tinggi karena kita adalah modal bangsa yang akan datang.
Untuk apa masuk kampus rakyat, jika bukan untuk rakyat?

Kamis, 22 September 2011

Barangsiapa mempelajari Al-Qur’an maka akan mulia kehormatannya.
Barangsiapa mendalami ilmu fiqih maka akan agung kedudukannya,
Barangsiapa mempelajari bahasa Arab maka akan lembut tabiatnya.
Barangsiapa mempelajari ilmu berhitung maka akan tajam nalarnya dan banyak idenya. Barangsiapa banyak menulis hadits maka akan kuat hujjahnya.
Barangsiapa yang tidak menjaga dirinya, maka tidak akan bermanfaat ‘ilmunya.‎

(Diriwayatkan dari Imam Syafi’i dari beberapa jalan, lihat Miftaah Daaris Sa’adah 1: 503).

Rabu, 21 September 2011

Permata Dunia

kita memang tak semulia SITI KHADIJAH ra.

tak secerdas SITI AISYAH ra.

tak se-shalihah FATIMAH ra.

tak setangguh ASMA’ ra.

tak se-dermawan SAUDAH BINTI ZAM’AH ra.

tak se-tabah ‘ASIYAH ra.

tapi, wanita shalihah bisa MEMBUAT BIDADARI SYURGA CEMBURU!
wanita shalihah MAMPU melahirkan generasi RABBANI!

WANITA SHALIHAH adalah cahaya bagi keluarganya!

WANITA SHALIHAH, jadilah BUNGA yang tetap MEKAR disaat yang lain LAYU

Selasa, 20 September 2011

…kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memberdayakan.
(Q.S. Ali-Imran:185)